Jumat, September 13, 2024

KCD Kabupaten Tangerang Ungkap Anak Putus Sekolah Karena Tawuran

POS RAKYAT – Menanggapi soal data yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terkait anak putus sekolah, Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Provinsi Banten, wilayah Kabupaten Tangerang angkat bicara.

Kepala KCD Bayuni mengungkapkan, selain bekerja, anak putus sekolah karena terlibat pergaulan yang negatif, layaknya tawuran antar pelajar.

“Karena faktor pergaulan seperti tawuran dan kenakalan-kenakalan remaja lainnya. Saya baru dapat tiga orang yang putus sekolah karena tawuran. Karena biasanya memang laporannya langsung ke Provinsi, bukan ke KCD,” kata Bayuni, Rabu 3 Agustus 2022.

Faktor lemahnya ekonomi akibat diterjang Covid-19 dan panjangnya masa belajar secara daring, anak usia sekolah lebih memilih bekerja, karena terlena akibat sudah menghasilkan uang secara mandiri.

Baca Juga :  Indonesia Raya, Pengguna Jalan di Tangerang Berhenti Serentak

“Jadi banyak juga yang sambil nyambi kerja. Nah, mungkin karena keenakan kerja, megang uang. Jadinya mereka memutuskan untuk berenti sekolah,” ungkap Bayuni.

Saya belum memiliki data realnya soal jumlah anak putus sekolah, di tingkat SMA atau sederajat. Tetapi dugaan sementara itu disebabkan Covid-19,” tambah Bayuni kepada posrakyat.id.

Diberitakan sebelumnya, Sekretaris Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Tangerang Fahrudin menyebut, banyaknya anak putus sekolah, karena lebih memilih bekerja guna mencukupi kebutuhan hidup.

“Tapi memang ada yang berhenti (sekolah) karena mereka memilih kerja dibanding sekolah. Khususnya wilayah Utara,” kata Fahrudin.

Hal itu dikatakan Fahrudin, menanggapi data Kemendikbud, soal anak putus sekolah di wilayah pimpinan Ahmed Zaki Iskandar dan Mad Romli, yang mencapai 22.194 anak.

Baca Juga :  Pelaku UMKM di Kabupaten Tangerang Naik Signifikan

Fahrudin mengaku, pihaknya pun sempat melakukan penelusuran soal angka anak putus sekolah tersebut. Selain memilih bekerja, sebagian siswa melanjutkan ke sekolah jenjang berikutnya di lembaga pendidikan swasta, yang belum terdaftar di Kementerian.

“Kami pernah melakukan penelusuran, dan memang rata-rata itu mereka (siswa) pindah ke sekolahan yang perizinannya masih dalam proses. Namun, memang kita juga tidak punya data pasti, ” katanya.

Iklan - Scroll kebawah untuk melanjutkanspot_img
RELATED ARTICLES

Populer