POSRAKYAT.ID – Kepala Kanwil Bea Cukai Provinsi Banten, Rahmat Subagio memaparkan kinerja APBN tahun 2023, di Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Soekarno-Hatta Tangerang.
Rahmat mengatakan kinerja dari APBN tahun 2023 menjadi fondasi yang kokoh untuk mencapai tujuan pembangunan pada tahun 2024, terlebih merespons dampak dari ketidakstabilan ekonomi global.
Dalam menghadapi situasi yang penuh risiko akibat fluktuasi kondisi global,
APBN tahun 2023 memegang peran krusial sebagai Shock Absorber. Pertumbuhan ekonomi Banten di tahun 2023 (Q1-Q3) mencapai 4,80 persen, sementara tingkat inflasi berhasil terjaga dan terkendali.
Akselerasi belanja negara menjadi manifestasi dukungan penuh APBN dalam mendukung peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat, percepatan pembangunan infrastruktur konektivitas, pelaksanaan kebutuhan agenda Pemilu 2024, serta meredam dampak El Nino juga stabilisasi harga.
Penyampaian peran strategis APBN di Banten dalam mendukung perekonomian tahun 2023 oleh para pimpinan kantor wilayah Kemenkeu, antara lain Kepala Kanwil DJPb Provinsi Banten Sugiyarto, Kepala Kanwil DJP Provinsi Banten Cucu Supriyatna.
Juga Kepala KPU Bea dan Cukai Soekarno Hatta Gatot Sugeng Wibowo, dan Kepala Kanwil DJKN Provinsi Banten Djanurindro Wibowo.
Realisasi belanja negara di Provinsi Banten tahun 2023 mencapai 98,82 persen dari pagu anggaran. Angka tersebut lebih tinggi dari realisasi belanja negara tahun 2022, yang hanya 97,81 persen dari pagu.
Dari total realisasi belanja negara sebesar 27,15 triliun rupiah, sebagian besar berasal dari transfer ke daerah, yaitu sebesar 17,36 triliun rupiah. Sisanya, sebesar 9,79 triliun rupiah, berasal dari belanja pemerintah pusat.
Dalam kesempatan ini juga, Kepala Kantor Wilayah DJBC Banten, Rahmat Subagio dan Kepala KPU Bea dan Cukai Tipe C Soekarno Hatta, Gatot Sugeng Wibowo menyampaikan kinerja penerimaan kepabeanan dan cukai di wilayah Banten pada tahun 2023.
Peningkatan Kinerja Guna Mendukung APBN
Penerimaan mencapai 13,43 triliun rupiah, atau 94,12 persen dari target 14,27 triliun rupiah, dengan pertumbuhan 4,58 persen. Penerimaan terdiri dari bea masuk (10,4 triliun rupiah, tumbuh 1,06 persen, kontribusi 78,00 persen), cukai (2,9 triliun rupiah, tumbuh 22,62 persen, kontribusi 21,95 persen), dan bea keluar (6 miliar rupiah, turun 91,66 persen, kontribusi 0,04 persen).
Bea masuk terpengaruh oleh impor barang konsumsi dan bahan baku industri, cukai terpengaruh oleh industri rokok elektrik, tarif cukai hasil tembakau, produksi minuman beralkohol, dan pengawasan cukai. Sementara bea keluar terpengaruh oleh produksi dan harga kelapa sawit.