“Tidak lepas juga dari kegagalan partai politik. Karena kan mereka tidak bisa menyelami hati masyarakat, keinginan masyarakat terkait dengan sosok yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Seperti (terjadi) di beberapa daerah yang kotak kosong menang, sementara (lawannya) petahana, ini kan memalukan,” tegasnya.
Selain itu, katanya lagi, masyarakat menganggap program-program dari calon kepala daerah juga hanya sebagai ‘janji kosong’. “Visi-misinya, program-programnya mungkin tidak sesuai dengan harapan. Jadi hanya sesuatu yang normatif,” ungkapnya.
Masyarakat melihat visi-misi, program-program itu tidak sesuai dengan harapan mereka. Tidak sesuai dengan harapan masyarakat, tidak menjawab persoalan-persoalan yang selama ini ada di masyarakat,” lanjut Fernando.