POSRAKYAT.ID – Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota Tangerang, jumlah total penumpang yang sudah naik moda transportasi Si Benteng, sebanyak 220.726 penumpang, di tahun 2025.
Melalui data itu, rata-rata penumpang per hari sebanyak 605 orang untuk 13 koridor, dengan pembagian 365 hari dalam setahun. Jika estimasi ongkos Rp2000 per sekali jalan, Si Benteng menghasilkan sekitar Rp36 juta per bulan.
Sementara, Direktur PT. Tiara Perkasa Mobil (TPM), Edi Faisal Lubis mengungkapkan, dari anggaran Rp3 miliar, sebagai subsidi transportasi, Si Benteng hanya menghabiskan Rp800 juta per bulannya, untuk bantuan opersional kendaraan (BOK).
“Si Benteng itu, rata-rata (tagihan BOK) per bulan hanya Rp800 juta. Sisanya untuk Bus Tayo. Kami tagihkan tidak lebih daripada kontrak. Kalau kontraknya sehari itu misalnya 100 kilo, ya kami tagihkan 100 kilo,” beber Lubis.
Jika jumlah capaian kilometer tidak sesuai, sambung Lubis, maka PT. TPM tidak akan menerima pembayaran dari Perseroda TNG. “Kalau di bawah 100 kilometer, kami enggak dibayar. Lebih (dari 100 kilometer) pun kami tidak menerima bayaran, untuk kelebihan kilometernya,” ungkap Lubis lagi.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPRD Kota Tangerang, Arief Wibowo menegaskan, pentingnya transparansi dan akuntabilitas anggaran, pada pengelolaan Si Benteng.
Pasalnya, subsidi dari Dinas Perhubungan kepada TNG, yang tersalurkan ke TPM, merupakan uang rakyat. “Asas terpenting dalam tata kelola pemerintahan adalah transparansi dan akuntabilitas. Maka, kita harus mendorong kajian dalam pengelolaan si Benteng, sebagai bagian dari program pemerintah daerah,” kata Arief, Rabu 17 Desember 2025.
Tujuan apa? Supaya kita bisa memastikan bahwa program ini memang dikelola dengan baik, secara profesional, transparansi, dan juga akuntabilitas. Karena program ini menggunakan dana masyarakat, uang rakyat. Maka rakyat berhak tahu,” tandas Arief.
Sebelumnya, Anggota DPRD Kota Tangerang, Saiful Milah mengungkapkan, dengan subsidi sebesar Rp3 miliar setiap bulannya, Si Benteng terkesan hanya ‘menghisap’ APBD di kota tersebut.
“Jadi kita lebih baik jujur saja. Alihkan subsidi ke tempat lain. Daripada subsidi penerima manfaatnya tidak kelihatan. Hanya operator (Si Benteng) yang menikmati,” ujar Saiful Milah.

