POSRAKYAT.ID – Politisi PDI Perjuangan Marinus Gea mengaku terkejut atas Rp1200 triliun yang belum terserap hingga awal November ini.
Pasalnya, penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) itu (Rp1200 triliun), hanya tersisa dua bulan, sebelum tutup buku, di akhir tahun.
Melihat hal tersebut, Marinus yang juga Anggota Komisi XI DPR RI itu menilai, sistem penyerapan anggaran masih amburadul (bermasalah).
“Inilah sistem yang amburadul di pemerintahan kita karena harus dipaksa menyelesaikan Rp 1.200 triliun itu tidak mudah,” ujar Marinus, dikutip dari portal DPR RI, Kamis 3 November 2022.
Menurutnya, ada beberapa sebab mengapa sistem penganggaran di pemerintah masih amburadul.
Pertama, sebut Marinus, karena masa waktu penggunaan anggaran yang membuat proses transfer ke daerah terlambat.
Padahal, pembangunan di daerah itu tersebut terus berjalan. Sehingga, program yang seharusnya sudah disiapkan dari awal, menjadi tidak bisa dilakukan karena waktunya sudah tidak memungkinkan lagi.
Kedua, bisa jadi program itu tidak tepat lagi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan sebelumnya.
Karena program yang sudah dirancang itu kan dirancang tahun sebelumnya. Jadi, pada saat implementasinya tidak tepat lagi program itu dilakukan.
“Contoh pembangunan di daerah. Misalnya, masa waktu pembangunan gedung dikasih waktu paling lambat enam bulan,” tegas Marinus.
Sementara anggarannya baru bisa dipersiapkan atau dilelang pada Agustus-September, dari September baru bisa dikontrak oleh pemenang lelang baru bisa Oktober. Jadi gimana bisa dilaksanakan? Tidak mau mereka pemenang lelang itu,” sambungnya lagi.
Karena itu, ia menduga sistem penyerapan anggaran di pusat yang tidak efektif yang berdampak pada pembangunan daerah yang terlambat untuk melaksanakan program tersebut.
“Saya secara pribadi mendorong Komisi XI meminta penjelasan kepada Menkeu kenapa bisa sampai ada penyerapan yang tidak optimal sebesar Rp1.200 triliun,” papar Marinus.
Saya juga kaget baca berita itu (Rp1200 triliun di APBN). Artinya, kalau Ibu Menkeu katakan berhemat Rp1.200 triliun artinya kita cukup survive. Tapi, ternyata minta dihabiskan,” tukasnya.