Birokrasi

Harga Kedelai Naik, Tempe Langka di Kabupaten Garut

POSRAKYAT.ID – Tingginya harga kedelai dikeluhkan pengrajin tempe di Kabupaten Garut. Akibatnya, ketersediaan makanan tradisional tersebut mulai langka di pasaran.

Perajin Tempe asal Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Robal Amin (25) menjelaskan, sejak Sabtu 29 Oktober 2022 lalu, keberadaan tempe sulit ditemukan di pasaran.

Amin menyatakan, hilangnya tempe ini disebabkan karena adanya mogok produksi yang dilakukan oleh perajin tempe yang ada.

“Ya kalau keinginan (dari aksi ini) sih pasti ada gitu, jadi dari bahan bakunya gitu sekarang yang nggak stabil gitu harganya,” kata Amin dikutip Postakyat.id dari Jabarprov.go.id, Rabu 2 November 2022.

Yang dulunya Rp9 ribu gitu kan sekarang kok jadi Rp14 ribu, Rp13 ribu gitu. Nah makanya dari semua perajin tempe itu menggelar aksi mogok produksi selama tiga hari,” tambahnya.

Amin memaparkan, harga jual tempe di pasaran masih relatif tetap, sedangkan harga bahan baku mengalami kenaikan.

“Iya jadi kendala (dalam penjualan), terus kalau kita mau naikin harga langsung spontan gitu kan nggak mungkin gitu ya, namanya pembeli juga kan pasti berpikir loh ini kok jadi mahal banget kan gitu,” paparnya.

Menurutnya, akibat daya beli tempe di pasaran berkurang, alhasil pihaknya mengurangi produksi tempe.

Terpisah, Kepala Disperindag ESDM Kabupaten Garut Nia Gania Karyana menuturkan, kelangkaan dan naiknya harga kedelai ini, menjadi masalah nasional.

“Sehingga kalau kita memecahkan per kabupaten agak sulit, memang kebijakannya berada di Kementerian Perdagangan, dan ekspor impor,” terang Nia.

Menurut informasi dari Kementerian Pertanian bahwa kebutuhan kedelai itu sekitar 2.842.222 ton per tahun. Diperkirakan, ini bergantung kepada negara Amerika atau negara luar,” jelasnya lagi.

Permasalahan harga kedelai ini juga menjadi dilema tersendiri.

Jika kedai impor itu mampu menjual ke Indonesia dengan harga Rp5 ribu, maka para petani lokal tidak akan mampu menjual.

“Ini satu kondisi yang sebetulnya sangat menyakitkan, tatkala impor kedelai menjadi prioritas, sementara kacang kedelai kita tidak mampu memiliki daya saing. Ini tugas kita bersama,” katanya.

Gita Rezha

Recent Posts

DPRKPP Tangerang Selatan Kebut Perbaikan Rumah Korban Ledakan di Pamulang

POSRAKYAT.ID – Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPRKPP) Kota Tangerang Selatan, Aries…

17 jam ago

BRIN: Perkuat Sinergi Nuklir Menuju Kedaulatan Energi Nasional

POSRAKYAT.ID – Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN menggelar Simposium Sistem 2025 dengan tema ‘Bersama…

2 hari ago

Sebut Pemkot Tangerang Norak, Saiful Milah Geram Drainase di Sangiang Ditutup Ruko

POSRAKYAT.ID - Anggota DPRD Kota Tangerang, Saiful Milah mengaku geram, sebab banyaknya alasan Pemerintah Kota…

2 hari ago

Anggaran ‘Ganti Trotoar’ 7 Miliar di Ciater Tangsel Disoal

POSRAKYAT.ID – Belasan massa aksi yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Hukum Tangerang Selatan (Permahuta), melakukan…

2 hari ago

Pemkot Tangsel Benahi TPA Cipeucang, Penuhi Sanksi Kementerian LH

POSRAKYAT.ID - Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel kini tengah melakukan berbagai pembenahan di TPA Cipeucang, guna…

2 hari ago

Wali Kota Tangerang Selatan: Realisasi Belanja Capai 50 Persen

POSRAKYAT.ID - Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie mengungkapkan, hingga September 2025, realisasi dan serapan…

3 hari ago

This website uses cookies.