POSRAKYAT.ID – Kinerja APBN Provinsi Banten pada awal tahun 2024 menunjukkan hasil yang sangat baik didukung oleh pendapatan negara yang tumbuh positif hampir di semua komponen dan belanja negara yang terakselerasi.
Kepala Kanwil DJBC Provinsi Banten Rahmat Subagio, serta Kepala KPU Bea dan Cukai Soekarno-Hatta Gatot Sugeng Wibowo memaparkan pendapatan negara pada sektor kepabeanan dan cukai, pada APBN Provinsi Banten, bersama dengan pimpinan Kantor Wilayah Kementerian Keuangan lainnya, secara daring pada Rabu 27 Maret 2024 lalu.
Pendapatan negara Provinsi Banten mencapai Rp12,06 triliun, tumbuh 12,3 persen. Pertumbuhan pendapatan negara ini, karena terakselerasinya hampir di semua komponen kecuali Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Menurutnya, capaian pendapatan kepabeanan dan cukai periode tersebut sebesar Rp2,17 triliun, tercapai 14,77 persen dari target APBN 2024 sebesar Rp14,71 triliun dan tumbuh sebesar 2,13 persen (year-of-year). Kinerja pendapatan kepabeanan dan cukai ini tumbuh positif di awal tahun 2024, oleh adanya peningkatan importasi di sektor industri beras dan peternakan.
Rahmat menjelaskan, penerimaan kepabeanan dan cukai ini terdiri dari bea masuk, cukai, dan bea keluar. Bea masuk mencapai Rp1,73 triliun, tumbuh 2,83 persen, terdorong oleh kinerja impor nasional, terutama barang konsumsi dan kebutuhan bahan baku atau penolong kebutuhan industri raw sugar.
DJBC Provinsi Banten Paparkan Pendapatan di APBN
Cukai mencapai Rp440,07 miliar, naik 16,61 persen, terpengaruh oleh pertumbuhan industri rokok elektrik, peningkatan volume produksi minuman mengandung etil alkohol golongan B serta kenaikan tarif cukai MMEA 20 persen (rata-rata tertimbang).
Bea keluar mencapai Rp0,01miliar, turun 98,83 persen, sebab jumlah produksi dan fluktuasi harga komoditas kelapa sawit dan produk turunan pengolahannya.
Berdasarkan hal tersebut, bahwa kinerja bea masuk Februari 2024 (Month of Month) membaik. Hal itu sebab adanya peningkatan importasi dari sektor industri beras dan peternakan.
Untuk kinerja cukai Februari 2024 mengalami pertumbuhan positif sebesar 16,61 persen (Month of Month) atau senilai Rp32,8M berasal dari penerimaan cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) yang tumbuh sebesar Rp39,3 miliar, Hasil Tembakau (HT) tumbuh negatif sebesar Rp6,6 miliar, serta Etil Alkohol (EA) tumbuh sebesar Rp0,07 miliar.
Sementara kinerja bea keluar periode Februari 2024 melemah karena berkurangnya kegiatan eksportasi terhadap CPO yang terkena Bea Keluar.