POSRAKYAT.ID – Menyoal pandemi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai bahwa saat ini, Covid-19 sudah mulai mereda.
Jokowi menyebut kemungkinan pemerintah segera menyatakan pandemi berakhir.
“Pandemi memang sudah mulai mereda, mungkin sebentar lagi juga akan kita nyatakan sudah berakhir,” kata Jokowi, ditulis Selasa 4 Oktober 2022.
Pernyataan tersebut disampaikan Jokowi dalam acara peluncuran gerakan kemitraan inklusif untuk UMKM naik kelas di Gedung Smesco, Jakarta Selatan.
Selain itu, Jokowi tetap mengingatkan kembali terkait situasi ekonomi dunia belum pada posisi yang baik-baik saja.
Semua negara, sambungnya, berada pada kondisi sulit.
“Berulang kali saya sampaikan, situasi ekonomi dunia betul-betul pada posisi tak baik-baik saja. Ketidakpastian masih sangat tinggi,” tegas Presiden.
Semua negara kondisi sangat sulit. Bahkan negara maju pada posisi sangat sulit,” lanjutnya.
Jokowi mengatakan, hal yang sama juga dialami oleh negara-negara maju. Menurut dia, dunia saat ini dilanda situasi ketidakpastian.
Tapi, imbuhnya, Indonesia masih bisa tumbuh 5,44 persen di kuartal II 2022.
“Pemulihan ekonomi pasca pandemi belum kembali normal. Karena selain pandemi ditambah karena perang Ukraina,” ucapnya.
Kita tau sekarang ini krisis pangan energi dan finansial sedang terjadi. Tapi negara kita di kuartal II tahun 2022 ini masih bisa tumbuh 5,44 persen,” tandas Jokowi.
Diberitakan sebelumnya, Dirjen World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom menyebut, akhir dari pandemi Covid-19 sudah di depan mata.
Hal itu, kata Tedros, merujuk pada angka kasus Covid-19 di seluruh dunia yang terus menurun.
“Kami tidak pernah berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengakhiri pandemi,” terang Dirjen Badan Kesehatan Dunia atau WHO Tedros Adhanom, dikutip dari PMJNews, ditulis Jumat 16 September 2022.
“Kita belum sampai di sana. Tapi akhir sudah ada di depan mata” tambah Tedros.
Adapun jumlah kasus Covid-19 yang terus menurun, bukan berarti negara-negara di dunia boleh lengah menghadapi virus yang telah membunuh lebih dari 6 juta orang tersebut.